New Post

Ordinary Life

 

slow morning is a blessing :)

Halo! belakangan ini ada banyak sekali pemikiran yang datang menghampiriku. 

Dalam bentuk harapan maupun ketakutan. Saat hal itu datang, aku lebih banyak menghabiskan waktu untuk sendiri, menarik diri dari lingkup sosial dan merenung.

Banyak sekali pertimbangan yang kulakukan, terlebih saat dihadapkan dengan kemungkinan-kemungkinan dalam hidup, pilihan sulit, atau perubahan keadaan yang sedang kualami.

Aku ingat bahwa aku punya blog, lewat media ini aku ingin membagikan my personal experience.

Aku sudah jarang menulis buku jurnal seperti tiga tahun yang lalu, tak apa.. akhir-akhir ini aku mulai melakukannya lagi. Disamping itu aku mulai berani menuangkan pemikiranku lewat media lain.

Kali ini topik yang ingin aku bagikan ialah topik tentang, "ORDINARY LIFE" atau hidup yang biasa-biasa saja.

...

Sepertinya nggak akan ada habisnya kalo ngomongin soal hidup, apalagi hidup orang lain. 

The older i get, perspektifku perlahan mulai berubah. Topik pembicaraan tentang masalah hidup orang lain tidak lagi terlalu membuatku berminat, walau tak munafik sebagai manusia ada saja berita yang terdengar tentang hidup orang lain. 

Menurutku banyak hal yang bisa kita pelajari dari kisah orang lain, terlebih yang menginspirasi. Kalaupun mendengar sensasi, aku lebih memilih jarang berkomentar, dan memikirkan apa penyebab seseorang melakukan hal tersebut.

Kenyataan itu pahit, aku menemukan tak sedikit manusia mencari sensasi dan kontroversi agar mendapat perhatian.

Aku yakin, sebagai manusia sebetulnya kita hanya perlu didengarkan.. kurangnya perhatian menjadikan diri ini sosok yang narsistik atau haus pujian. Ku akui, aku juga mengalaminya. Terlebih di awal menjadi pengguna media sosial.

Tentu seru rasanya saat kita bisa mengikuti trend, mendapat banyak like, dan juga pengikut. Ditambah banyak komentar tentang apa yang kita publish.

Tahun 2019 aku memutuskan menghapus akun lama Instagram milikku, dengan followers ratusan orang aku memutuskan say goodbye!

Aku menghapus akun lamaku kurang lebih sekitar dua bulan, aneh rasanya saat koneksi terputus dengan dunia luar. Namun, ada hal lain yang bisa aku pikirkan maupun kerjakan di waktu luang agar tidak bosan.

Misalnya nonton film atau hanya sekedar mendengar alur cerita, menulis jurnal, iseng coba resep makanan baru, atau pergi ke cafe seorang diri.. kedengarannya kesepian banget ya? Haha, tapi begitulah aku mengisi ulang energiku sebagai orang dengan sisi introvert.

Sekarang aku sudah membuat akun instagram baru (@meerc999) nama yang sama dengan cara guna yang berbeda, setelah menjalankan puasa media sosial aku merasa lebih memiliki kontrol daripada sebelumnya.

Jumlah likes atau follower bukan menjadi tujuan utamaku, karena sejauh ini orang yang terhubung di sosial media lebih banyak orang yang sudah kutemui di dunia nyata. Sosial media lebih menjadi album digital untuk menyimpan history feed, arsip foto maupun video yang pernah ku upload. Berkirim pesan dengan teman dari berbagai tempat, mencari informasi tentang peluang dunia kerja, dan masih banyak lagi.

Tak memungkiri kadang kala aku merasa kebablasan scroll timeline cukup lama, tapi aku sudah punya alarm untuk log out. In my opinion terlalu sering melihat berita bisa bikin mabok informasi.

Aku merasa cukup nyaman menjadi orang biasa dengan hidup yang biasa-biasa saja. Karena aku paham bahwa kita punya kendali atas kualitas hidup yang kita inginkan.

Going offline bukan berarti hidup kita tidak menarik, terus posting tentang kehidupan juga tidak menjamin seseorang merasa terus bahagia dengan hidupnya. Yang jelas sebagai manusia tentu kita ingin menampilkan sisi terbaik di depan orang, itu manusiawi. Yang menjadi peringatan, jangan sampai kita melakukan hal yang tidak kita nikmati atas dasar mencari pengakuan.

Untuk saat ini, aku sedang mencoba melakukan beberapa kegiatan baru di kehidupan nyata. Menjelajah tempat baru, menikmati momen bersama keluarga dan teman baik, belajar skill baru, dan melakukan dokumentasi untuk meromantisasi hidup.

Aku ingin media yang kumiliki menjadi media untuk mengekspresikan ide maupun karya seni yang bisa dinikmati publik tanpa harus mengorbankan kehidupan pribadi secara berlebihan. Blog untuk media menulis, Instagram untuk media fotografi, dan Youtube untuk audio visual.

Ordinary life membuatku lebih realistis, untuk fokus dengan proses yang sedang aku jalani, tanpa pusing dengan kompetisi semu, karena dalam hidup kitalah tokoh utamanya, mungkin kita bisa menjadi tokoh antagonis di kisah hidup orang lain tapi di hidup sendiri, kita punya kendali menjadi karakter yang bagaimana untuk diperankan.

Aku berkeyakinan bahwa tiada yang kekal di dunia ini, semua hanya titipan, hidup bukan hanya tentang bagaimana cara membuktikan bahwa diri ini menjadi yang terbaik, namun bagaimana diri ini juga bermanfaat. Terlalu sibuk berkompetisi atas dasar ego dan pengakuan bisa jadi membuat manusia lupa diri.

Seringkali diri ini silau dengan pencapaian orang lain, tak jarang pula telinga lebih sering mendengar suara negatif, it's okay! Proses dan fase hidup setiap orang berbeda. Pasti ada fase dimana kita mempertanyakan kapan giliran kita? untuk merasa bahagia atas kesuksesan dan pencapaian besar yang kita dapat dari kerja keras dan pengorbanan sejauh ini, adapun fase kita merasa gagal atas kekalahan yang kita dapatkan. Bagiku hidup juga tentang menerima, tidak semua orang diberikan kapasitas hati yang luas untuk merasa legowo. Tanpa disadari dibalik ego yang mengutuk keadaan karena ketidakberuntungan, ada kesempatan dan karunia yang tidak disadari. Ketika kita masih mampu bernafas dan sehat, dari situlah Tuhan masih memberi kesempatan untuk hidup.

Semoga di masa offline ini, aku bisa refleksi diri tentang pelajaran hidup apa yang sudah kudapatkan sejauh ini. Bersyukur dengan apa yang kumiliki, dan lebih menghargai setiap kesempatan yang Tuhan berikan untuk hidup yang jauh lebih berkualitas.

Thank you for reading,

Have a great day!